Berakar puisi, musikalisasi puisi tak seharusnya dijadikan pembanding bagi karya itu sendiri. Dua-duanya —dibaca maupun dilagukan dengan gubahan, sama-sama sulit. Tidak sama dengan membuat lirik dalam musik konvensional, tidak sesederhana menyesuaikan lirik dengan notasi yang sudah ada, imajinasi musik hanya akan lahir jika dapat memahami puisi.

Pesaji di Singaraja

Pesaji kembali memperlihatkan kemampuan kreatifitasnya dalam pementasan tuggal di aula kampus bawah STKIP Singaraja




Lanjut membaca “Pesaji di Singaraja”  »»

pementasan di sebuah teras rumah

Di Kota kecil bernama Negara kabupaten Jembrana. Bali. Pada era 90 an kami selalu mengadakan apresiasi seni yang diberi nama "Rajerbabat Pukat" (Rembug Apresiasi Jembrana Bali Barat Purnama Kapat) Bertepatan dengan purnama ke Empat setiap tahunnya.
Pementasan pertama kami disebuah teras rumah yang dijadikan panggung untuk acara Rajerbabat pertama tahun 1991.

Dari acara inilah cikal bakal, awal dari adanya Kelompok "pesaji" (penyanyi sakit jiwa)




Lanjut membaca “pementasan di sebuah teras rumah”  »»

Renungan Malam Mingguan

Kami selalu aktif dalam acara-acara renungan budaya malam mingguan pada era tahun 90 an. Baca puisi, pementasan teater, diskusi, musikalisasi puisi.




Lanjut membaca “Renungan Malam Mingguan”  »»

berakhir dengan aparat kepolisian

Mengisi acara HUT KORPRI tahun 1993, berakhir dengan ketersinggungan para anggota DPR saat itu ketika kami menyanyikan sebuah lagu yang berjudul "Wakil Rakyat dari album Iwan Fals" serta membacakan sebuah puisi WS.Rendra "sebatang lisong". Membuat kami harus berurusan dengan aparat kepolisian.




Lanjut membaca “berakhir dengan aparat kepolisian”  »»

Penyanyi Sakit Jiwa © 2008. This blog is wearing Sederhana, a free XML Blogger Template adopted from Oh My Grid - WP theme by Thomas Arie
Converted to Blogger by Gre [Template-Godown]