Berakar puisi, musikalisasi puisi tak seharusnya dijadikan pembanding bagi karya itu sendiri. Dua-duanya —dibaca maupun dilagukan dengan gubahan, sama-sama sulit. Tidak sama dengan membuat lirik dalam musik konvensional, tidak sesederhana menyesuaikan lirik dengan notasi yang sudah ada, imajinasi musik hanya akan lahir jika dapat memahami puisi.

Dalam Matamu

dalam matamu
kumimpikan anak-anak berlarian
mencari ketawa

suara mereka
bersambungan di tali layangan
antara doa dan lidah angin

ke atas
ke atas, sayangku! – zaman membisik-bisik
membentuk berbagai kemalangan
di guratan telapak tangan
beribu anak-anak burung lalu terbang
beribu pohon lalu kehilangan
keributan di pagi hari
perempuan-perempuan tua bersimpuh di ambang pintu
mendongeng tentang sepucuk surat yang ditunggu

sementara di jalanan tukang-tukang pos
bergulingan tertikam berbagai berita buruk
hanya aku yang lolos
hanya aku yang luput
tertidur di belantara penyair

dan dalam matamu
kumimpikan anak-anak berlarian
memanggul tawa
bagai menghela sehelai daun pandan

0 komentar:

Penyanyi Sakit Jiwa © 2008. This blog is wearing Sederhana, a free XML Blogger Template adopted from Oh My Grid - WP theme by Thomas Arie
Converted to Blogger by Gre [Template-Godown]