Berakar puisi, musikalisasi puisi tak seharusnya dijadikan pembanding bagi karya itu sendiri. Dua-duanya —dibaca maupun dilagukan dengan gubahan, sama-sama sulit. Tidak sama dengan membuat lirik dalam musik konvensional, tidak sesederhana menyesuaikan lirik dengan notasi yang sudah ada, imajinasi musik hanya akan lahir jika dapat memahami puisi.

Mana Langitmu?

siapa yang menangis suaranya mengundang kupu-kupu
siapa yang tertawa gemanya menjadi bisu

jauh-jauh di sana anak-anak berlarian
mengejar lari kunang-kunang
dekat-dekat di sini anak-anak berlarian
mengejar lari bintang-bintang

siapa yang berdo’a sinarnya menjadi warna
siapa yang terbakar asapnya menjadi debu

langit siang warna biru
langit malam warna hitam

mana langitmu?

0 komentar:

Penyanyi Sakit Jiwa © 2008. This blog is wearing Sederhana, a free XML Blogger Template adopted from Oh My Grid - WP theme by Thomas Arie
Converted to Blogger by Gre [Template-Godown]